Kabel bawah laut telah menjadi infrastruktur telekomunikasi yang penting di era digital. Raksasa teknologi digital bahkan rela menggelontorkan uang dalam jumlah yang fantastis untuk meningkatkan layanannya.
Baru-baru ini misalnya, Facebook dan Google berencana menggelar kebal laut yang akan menghubungkan wilayah Indonesia, Singapura, dan Amerika Utara.
Melansir APNIC, kabel bawah laut pertama dibuat pada tahun 1856. Kala itu, perusahaan Atlantic Telegraph Company membuat kabel telegraf kapal selam trans-Atlantik pertama.
Kabel bawah laut pertama terdiri dari tujuh kabel konduktor tembaga yang dibungkus dengan tiga lapis bahan gutta-percha, saat ini dikenal sebagai karet. Selanjutnya, kabel itu dibungkus dengan rami beraspal dan selubung heliks 18 helai dari kabel besi.
Kabel bawah laut buatan Atlantic Telegraph Company digelar oleh kapal SS Great Eastern milik Isambard Kingdom Brunel. Namun, kabel bawah laut itu tidak bertahan lama karena kemampuannya menyebarkan sinyal dan tingkat ketahanannya.
Beberapa tahun berselang, ada penambahan amplifier in-line (atau repeater) memungkinkan sinyal disebarkan melintasi jarak yang lebih jauh dan peningkatan progresif dalam pemrosesan sinyal untuk meningkatkan kapasitas sistem ini.
Telegraf pun beralih ke telepon, katup beralih ke transistor dan polimer menggantikan karet, tetapi desain dasarnya tetap sama, yakni konduktor tembaga yang dilapisi penutup isolasi kedap air, dengan pelapis baja untuk melindungi kabel di segmen pendaratan yang lebih dangkal.
Sistem telegraf pertama diketahui selesai pada tahun 1872 di Australia. Sistem itu menggunakan rute darat ke Darwin, dan kemudian segmen bawah laut pendek untuk menghubungkan ke Singapura dan dari sana ke India dan Inggris.
Kabel bawah laut yang digelar di Australia hingga ke Inggris digunakan untuk telegrafi, dan sistem telepon trans-samudera pertama berbasis radio. Butuh beberapa dekade bagi kemajuan elektronik untuk menawarkan layanan suara berbasis kabel.
Melansir Transport Geography, sistem telegraf beralih ke kabel telepon dengan saluran telepon transatlantik pertama (TAT-1) pada tahun 1956. Namun, sejak awal, kabel bawah laut menghadapi masalah bandwidth, membuat komunikasi lintas samudra menjadi mahal dan banyak digunakan untuk transaksi bisnis atau pemerintah.