Selalu ada penjahat di sepak bola. Di Skotlandia, nama Bill Hiddleston layak dikedepankan. Berkat kepemimpinannya, klub sarat sejarah menjadi punah. Di balik kesuksesan Glasgow berkat sepak terjang Rangers dan Celtic, ibu kota Skotlandia itu juga memiliki Third Lanark. Berdiri pada 1872, mereka memainkan peran besar dalam terciptanya kompetisi domestik resmi. Third Lanark juga jadi salah satu klub Skotlandia yang menjalani tur ke Eropa dan Amerika Serikat.
Kesuksesan mereka petik di lapangan. Third Lanark merebut gelar liga dan dua titel Piala Skotlandia. Meski kerap naik turun kasta, mereka tetap disegani karena memainkan sepak bola menyerang dan menghibur. Third Lanark mencetak 100 gol di divisi tertinggi untuk menempati peringkat tiga klasemen akhir. Sayang, itu jadi momen terakhir suporter bisa berpesta. Dia menunjukkan perilaku sesuai stereotip negatif pengusaha kotor: berpostur gemuk, bersikap bombastis dan punya ego besar.
Suporter semula memiliki harapan tinggi ketika Hiddleston mendanai pembangunan tribun baru di Stadion Cathkin Park. Namun, konstruksi itu ternyata memiliki maksud terselubung. Hiddleston ingin membuat klub bangkrut sehingga bisa menjual tanah di lokasi Cathkin Park. Setelah itu, Pemain dibayar menggunakan pemasukan dari penjualan tiket. Dia juga tidak mengurus pemeliharaan Cathkin Park. Tim tamu bahkan dilaporkan sampai membawa sabun dan bohlam sendiri untuk kamar ganti.
Ulah lain adalah Hiddleston mengecat bola lama. Dia menerapkan kebijakan ini demi mengakali peraturan dari liga agar tuan rumah menyediakan bola baru. Akibatnya pemain mesti menggunakan minyak kusam saat mandi, agar bekas cat yang ada di tubuh karena terkena bola menghilang.